SEDEKAH SAMPAH “NGARAN ASRI” MARGOKATON STUDI TIRU DI GSTC PAJANGAN BANTUL

0
Bagikan

Pengelola sedekah sampah “Ngaran Asri” dari Padukuhan Ngaran, Margokaton, Seyegan mengadakan studi tiru di Gowasari Traning Centre (GSTC) Pajangan Bantul, suatu kawasan pengelolaan sampah berbasis industri, pada hari Selasa (02/05/2023).
Kegiatan yang didanai dari PUPM (Pagu Usulan Partisipasi Masyarakat) Kapanewon Seyegan sepenuhnya dibiayai oleh Dinas Lingkungan Hidup /DLH Kabupaten Sleman.
Sebanyak 30 peserta mengikuti kegiatan tersebut yang terdiri dari pengurus Sedekah Sampah, RT, RW, KWT, Kader dan didampingi dari wakil kalurahan, Kapanewon, Puskesmas dan relawan JPSM.

Moh. Yidin dari DLH Kabupaten Sleman yang memberikan sambutan menyampaikan bahwa studi tiru ini merupakan salah satu bentuk peningkatan kapasitas bagi pengelola sampah agar termotivasi untuk meniru dan memodifikasi apa yang bisa dilihat di GSTC.

Sedangkan Suhadi, S.Sos, wakil dari Kapanewon Seyegan dalam sambutannya menyampaikan ucapan terima kasih kepada GSTC yang sudah mau menerima kegiatan studi tiru dari Seyegan. “harapannya apa yang dilihat dan disampaikan oleh bara sumber dari GSTC dapat diduplikasi di Margokaton”.

Boy Candra, ownner GSTC dalam paparannya menceritakan tentang perjalanan mengelola GSTC yang dirintis pada tahun 2020. Dari mengumpulkan plastik bekas, botol air mineral akhirnya memotivasi Boy untuk menjadi pejuang lingkungan sekaligus menjadikan sampah menjadi main bisnisnya.
Menempati areal kurang lebih 2 Ha dengan status menyewa tanah kas desa ini, Boy meningkatkan aktivitasnya dengan mengelola sampah secara terpadu namun tetap berbasis eco planner atau ekonomi kerakyatan.
Sampah harus selesai di Gowasari, tidak perlu TPST begitu semboyannya. Artinya GSTC menjadi tempat mengolah sampah tanpa sampah
Dengan semangat yang dibangun oleh Boy inilah akhirnya di GSTC ini bisa dilihat pengelolaan sampah organik dan anorganik secara paripurna. Prinsipnya semua sampah termanfaatkan dan seminimal mungkin menghasilkan residu. Mengenai organisasi yang bernama Bank Sampah ataupun Sedekah sampah, Boy memberi apreasiasi yang tinggi dalam turut andil mengeliminir timbulan sampah. Namun Boy berpesan “bahwa bank sampah/sedekah sampah jangan terpaku pada kegiatan yang sifatnya sosial saja tapi ditingkatkan menjadi kegiatan yang profesional”.
Pada kesempatan itu pula, Boy mengajak peserta untuk membuat susunan pengurus Sedekah Sampah sebagai bentuk refreshing pengurus yang lama.

Baca Juga  SEKOLAH JURNALIS DESA DAN DEKLARASI TEBING BREKSI

Sebagai nara sumber kedua, Neni Widuri menyatakan sebagai relawan sampah mengajak dialog kepada peserta mengenai hal hal yang sifatnya teknis dalam pengelolaan sampahnya.
Neni mengajari peserta untuk bagaimana membuat eco-enzym, membuat sabun dari minyak jelantah, membuat pot dari pampers dan memberi contoh bijih plastik yang bisa digunakan untuk membuat sedotan dan tali rafia.
Neni memotivasi peserta bahwa sampah harus selesai sumbernya yaitu Rumah Tangga. Sehingga semaksimal mungkin sampah yang dihasilkan mempunyai nilai ekonomi.
Neni juga mengajak keliling di GSTC untuk melihat aktivitas pengelolaan sampah, dari mulai pemilihan, pencucian, pengeringan dan packing. Neni juga mempraktekkan cara membuat pot bunga dari limbah kain yang sudah tidak terpakai.

Acara kunjungan dalam rangka studi banding ini berakhir dengan melihat pengelolaan sampah organik dengan budidaya maggot. Mulai dari budidaya lalat BSF nya sampai panen maggot. Acara studi tiru berakhir pada pukul 13.00 wib.

(Sutarto Agus/KIM Seyegan)

Facebook Comments Box

About Author


Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *